Pada
postingan kali ini saya akan membahas tentang Teori Keunggulan Absolut dan Teori Keunggulan Komparatif. Nah, yang pertama akan dibahas yaitu Teori
Keunggulan Absolut. Teori yang dikemukakan oleh Adam Smith ini dikenal sebagai
teori murni perdagangan internasional. Dalam
bukunya The Wealth of Nation, Adam Smith menganjurkan perdagangan bebas
sebagai kebijakan yang mampu mendorong kemakmuran suatu negara. Dalam
perdagangan bebas, setiap negara dapat menspesialisasikan diri dalam produksi
komoditas yang memiliki keunggulan mutlak/absolut dan mengimpor komoditi yang
memperoleh kerugian mutlak. Dengan spesialisasi, masing-masing negara dapat
meningkatkan pertambahan produksi dunia yang dapat dimanfaatkan secara
bersama-sama melalui perdagangan internasional. Jadi melalui perdagangan
internasional yang berdasarkan keunggulan mutlak, masing-masing negara yang
terlibat dalam perdagangan akan memperoleh keuntungan yang serentak melalui
spesialisasi, bukan dari pengorbanan negara lain.
Suatu negara akan melakukan spesialisasi
terhadap ekspor suatu jenis barang tertentu, yang negara tersebut memiliki
keunggulan mutlak (absolut advantage) dan tidak memproduksi atau melakukan
impor jenis barang lain yang negara tersebut tidak memiliki keunggulan mutlak
(absolut disadvantage) terhadap negara lain yang memproduksi barang sejenis.
Dengan kata lain, suatu negara akan mengekspor / mengimpor suatu jenis barang,
jika negara tersebut dapat / tidak dapat memproduksinya lebih dan efisien atau
lebih murah dibandingkan negara lain.
Contohnya:
Ada dua negara, yaitu Indonesia dan
Jepang. Kedua negara tersebut mengadakan hubungan dibidang perdagangan
internasonal. Adapun jenis barang yang diperdagangkan, yaitu kain dan televisi.
Perbandingan hasil produk kedua negara:
Negara
|
Jam Kerja per
Satuan Output
|
Daftar Tukar
dalam Negeri
|
|
Kain (meter)
|
Televisi (unit)
|
||
Indonesia
Jepang
|
60
20
|
30
60
|
1 meter kain = ½ unit televise
1 meter kain = 3 unit televisi
|
Dengan
menggunakan jam kerja yang sama, ternyata Indonesia dapat menghasilkan kain
lebih banyak daripada Jepang, yaitu sebanyak 60 meter. Adapun Jepang lebih
banyak menghasilkan televise daripada Indonesia, yaitu 60 menit. Dengan
demikian dapat disimpulkan Indonesia memiliki keunggulan mutlak dalam
memproduksi kain. Oleh karena itu, perdagangan internasional antara Indonesia
dan Jepang dapat dilakukan dengan cara Indonesia mengekspor kain ke Jepang dan
sebaliknya, Jepang mengekspor televise ke Indonesia.
Setelah membahas Teori Keunggulan Absolut, yang akan dibahas
selanjutnya yaitu Teori Keunggulan Komparatif . Teori keunggulan komparatif dari
David Ricardo dan John Stuart Mill ini dapat dianggap sebagai kritik sekaligus
penyempurnaan atas teori keunggulan absolut dari Adam Smith. Menurut
Teori Keunggulan Komparatif, suatu negara akan mengkhususkan diri pada ekspor
barang tertentu apabila negara tersebut memiliki keunggulan komparatif
(comparative advantage) terbesar, dan akan mengkhususkan diri pada impor barang
apabila negara tersebut memiliki kerugian komparatif (comparative disadvantage). Dengan kata lain,
suatu negara akan melakukan ekspor barang jika barang tersebut dapat diproduksi
dengan biaya lebih rendah, dan akan melakukan impor jika barang tersebut
diproduksi dengan biaya lebih tinggi.
Contohnya:
Ada
dua negara, yaitu Indonesia dan Bangladesh, dan terdapat dua jenis barang yaitu
beras dan kain. Di Indonesia untuk memproduksi 1 unit beras seseorang hanya
membutuhkan 9 hari kerja, dan untuk memproduksi 1 unit kain diperlukan waktu 3
hari kerja. Di Bangladesh, untuk memproduksi 1 unit beras dan 1 unit kain
diperlukan masing-masing waktu 12 dan 18 hari kerja.
Negara
|
Produksi: Jumlah
Jam Kerja per Unit
|
Dasar Tukar dalam
Negeri
|
||
Beras (ton)
|
Kain (meter)
|
|||
Indonesia
Bangladesh
|
9
12
|
3
18
|
1
meter kain = 3 ton beras
1
meter kain = 0,67 ton beras
|
1
ton beras = 0,33 meter kain
1
ton beras = 1,5 meter kain
|
Menurut
Adam Smith, perdagangan internasional antara kedua negara tidak akan
terjadi, karena Indonesia memiliki keunggulan
mutlak atas beras maupun kain, sehingga akan lebih murah bagi Indonesia untuk
menukar atau mendapatkan kedua barang tersebut di dalam negeri. Namun, menurut
David Ricardo, perdagangan internasional yang saling menguntungkan antara kedua
negara akan tetap terjadi selama masih ada perbedaan biaya relatif dalam
memproduksi kedua barang tersebut.
Dari
Tabel diatas terlihat bahwa Bangladesh memiliki keunggulan untuk kedua produk
tersebut sehingga tidak memungkinkan terjadi perdagangan antara Indonesia dan
Bangladesh. Namun, secara komparatif masih memungkinkan terjadinya perdagangan
dengan melihat dasar tukar dalam negeri masing-masing.
Indonesia
dalam memproduksi 1 meter kain harus mengorbankan 3 ton beras dan untuk
memproduksi 1 ton beras harus mengorbankan 0,33 meter kain. Indonesia memiliki
keunggulan komparatif pada beras karena pengorbanannya lebih kecil. Bangladesh
untuk memproduksi 1 meter kain harus mengorbankan 0,67 ton beras dan untuk
memproduksi 1 ton beras harus mengorbankan 1,5 meter kain, karena
pengorbanannya lebih kecil. Dengan demikian, berdasarkan perhitungan tersebut
masih memungkinkan bagi kedua negara untuk melakukan kerjasama perdagangan
internasional.
Fitri Rosvianti
1701361636
Sumber:
http://mariswadika.blogspot.com/2011/12/ekonomi-internasional-teori-keunggulan.html?m=1
http://books.google.co.id/books?id=YdFDu158aF4C&pg=PA65&lpg=PA65&dq=contoh+dari+keunggulan+komparatif+david+ricardo+vs+keunggulan+absolut&source=bl&ots=Sxt2o632va&sig=BQP15HtiaZOpRydUtEoVF5WqSDQ&hl=en&sa=X&eidQBdU-XUF8bc8AXE8oGoBA&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false
No comments:
Post a Comment