Monday, April 28, 2014

Keuntungan Komperatif > keuntungan Absolut

Mengapa begitu superior ? dikarenakan :

karena adanya persaingan bebas dan kebebasan bergerak dari faktor-faktor produksi tenaga kerja dan modal. Karena itu masing-masing tempat akan melakukan revitalisasi dalam memproduksi barang-barang tertentu apabila memiliki cost upah tenaga kerja yang paling kecil. Sedangkan untuk perdagangan luar negeri tidak dapat didasarkan pada keuntungan atau cost upah. Karena adanya pembatsan faktor-faktor produksi di dalam perdagangan luar negeri tidak dapat bergerak dengan bebas sehingga barang-barang yang dihasilkan oleh suatu negara mungkin akan di barter dengan barang dari negara lain. pada intinya keuntungan komparatif dapat di definisikan bahwa suatu negara akan memilih dalam memproduksi barang yang lebih efisien di mananegara tersebut memiliki keunggulan komparatif di banding yang tidak.

Oleh Karena itu masing-masing tempat akan melakukan spesialisasi dalam memproduksi barang-barang tertentu apabila memiliki ongkos tenaga kerja yang paling kecil. Sedangkan untuk perdagangan luar negeri tidak dapat didasarkan pada keuntungan atau ongkos mutlak. Karena faktor-faktor produksi di dalam perdagangan luar negeri tidak dapat bergerak bebas sehingga barang-barang yang dihasilkan oleh suatu negara mungkin akan ditukarkan dengan barang-barang dari negara lain meskipun ongkos tenaga kerja yang dibutuhkan untuk membuat barang tersebut berlainan.
Dengan demikian inti Keuntungan komparatif dapat dikemukakan sebagai berikut:
Bahwa suatu negara akan menspesialisasi dalam memproduksi barang yang lebih efisien di mananegara tersebut memiliki keunggulan komparatif.( Budiono, 1990:35)

Atau dengan kata lain dapat dikemukakan sebagai berikut:
Kemampuan untuk menemukan barang-barang yang dapat di produksi pada tingkat biaya relatif yang lebih rendah daripada barang lainnya. ( Charles P.Kidlleberger dan Peter H. Lindert, Ekonomi Internasional (terjemahan Burhanuddin Abdullah,1991:30)

Untuk itu bagi negara yang tidak memiliki faktor-faktor produksi yang menguntungkan, dapat melakukan perdagangan internasional, asalkan negara tersebut mampu menghasilkan satu atau beberapa jenis barang yang paling produktif dibandingkan negara lainnya.


Andrew
1701361756

sumber :
http://endyndyindy.blogspot.com/2012/12/hakekat-bisnis-teori-keunggulan.html
wikipedia




Sunday, April 27, 2014

Teori Keunggulan Absolut dan Teori Keunggulan Komparatif


Pada postingan kali ini saya akan membahas tentang Teori Keunggulan Absolut dan Teori Keunggulan Komparatif. Nah, yang pertama akan dibahas yaitu Teori Keunggulan Absolut. Teori yang dikemukakan oleh Adam Smith ini dikenal sebagai teori murni perdagangan internasional. Dalam bukunya The Wealth of Nation, Adam Smith menganjurkan perdagangan bebas sebagai kebijakan yang mampu mendorong kemakmuran suatu negara. Dalam perdagangan bebas, setiap negara dapat menspesialisasikan diri dalam produksi komoditas yang memiliki keunggulan mutlak/absolut dan mengimpor komoditi yang memperoleh kerugian mutlak. Dengan spesialisasi, masing-masing negara dapat meningkatkan pertambahan produksi dunia yang dapat dimanfaatkan secara bersama-sama melalui perdagangan internasional. Jadi melalui perdagangan internasional yang berdasarkan keunggulan mutlak, masing-masing negara yang terlibat dalam perdagangan akan memperoleh keuntungan yang serentak melalui spesialisasi, bukan dari pengorbanan negara lain.

Suatu negara akan melakukan spesialisasi terhadap ekspor suatu jenis barang tertentu, yang negara tersebut memiliki keunggulan mutlak (absolut advantage) dan tidak memproduksi atau melakukan impor jenis barang lain yang negara tersebut tidak memiliki keunggulan mutlak (absolut disadvantage) terhadap negara lain yang memproduksi barang sejenis. Dengan kata lain, suatu negara akan mengekspor / mengimpor suatu jenis barang, jika negara tersebut dapat / tidak dapat memproduksinya lebih dan efisien atau lebih murah dibandingkan negara lain.

Contohnya:

Ada dua negara, yaitu Indonesia dan Jepang. Kedua negara tersebut mengadakan hubungan dibidang perdagangan internasonal. Adapun jenis barang yang diperdagangkan, yaitu kain dan televisi.
Perbandingan hasil produk kedua negara:


           Negara

Jam Kerja per Satuan Output
Daftar Tukar
dalam Negeri
Kain (meter)
Televisi (unit)
Indonesia


Jepang
60


20
30


60
1 meter kain = ½ unit televise

1 meter kain = 3 unit televisi

Dengan menggunakan jam kerja yang sama, ternyata Indonesia dapat menghasilkan kain lebih banyak daripada Jepang, yaitu sebanyak 60 meter. Adapun Jepang lebih banyak menghasilkan televise daripada Indonesia, yaitu 60 menit. Dengan demikian dapat disimpulkan Indonesia memiliki keunggulan mutlak dalam memproduksi kain. Oleh karena itu, perdagangan internasional antara Indonesia dan Jepang dapat dilakukan dengan cara Indonesia mengekspor kain ke Jepang dan sebaliknya, Jepang mengekspor televise ke Indonesia.

Setelah membahas Teori Keunggulan Absolut, yang akan dibahas selanjutnya yaitu Teori Keunggulan Komparatif . Teori keunggulan komparatif dari David Ricardo dan John Stuart Mill ini dapat dianggap sebagai kritik sekaligus penyempurnaan atas teori keunggulan absolut dari Adam Smith. Menurut Teori Keunggulan Komparatif, suatu negara akan mengkhususkan diri pada ekspor barang tertentu apabila negara tersebut memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage) terbesar, dan akan mengkhususkan diri pada impor barang apabila negara tersebut memiliki kerugian komparatif  (comparative disadvantage). Dengan kata lain, suatu negara akan melakukan ekspor barang jika barang tersebut dapat diproduksi dengan biaya lebih rendah, dan akan melakukan impor jika barang tersebut diproduksi dengan biaya lebih tinggi.

Contohnya:
Ada dua negara, yaitu Indonesia dan Bangladesh, dan terdapat dua jenis barang yaitu beras dan kain. Di Indonesia untuk memproduksi 1 unit beras seseorang hanya membutuhkan 9 hari kerja, dan untuk memproduksi 1 unit kain diperlukan waktu 3 hari kerja. Di Bangladesh, untuk memproduksi 1 unit beras dan 1 unit kain diperlukan masing-masing waktu 12 dan 18 hari kerja.

Negara
Produksi: Jumlah Jam Kerja per Unit

Dasar Tukar dalam Negeri
Beras (ton)

Kain (meter)
Indonesia



Bangladesh
9



12
3



18
1 meter kain = 3 ton beras

1 meter kain = 0,67 ton beras
1 ton beras = 0,33 meter kain

1 ton beras = 1,5 meter kain

Menurut Adam Smith, perdagangan internasional antara kedua negara tidak akan terjadi,  karena Indonesia memiliki keunggulan mutlak atas beras maupun kain, sehingga akan lebih murah bagi Indonesia untuk menukar atau mendapatkan kedua barang tersebut di dalam negeri. Namun, menurut David Ricardo, perdagangan internasional yang saling menguntungkan antara kedua negara akan tetap terjadi selama masih ada perbedaan biaya relatif dalam memproduksi kedua barang tersebut.

Dari Tabel diatas terlihat bahwa Bangladesh memiliki keunggulan untuk kedua produk tersebut sehingga tidak memungkinkan terjadi perdagangan antara Indonesia dan Bangladesh. Namun, secara komparatif masih memungkinkan terjadinya perdagangan dengan melihat dasar tukar dalam negeri masing-masing.

Indonesia dalam memproduksi 1 meter kain harus mengorbankan 3 ton beras dan untuk memproduksi 1 ton beras harus mengorbankan 0,33 meter kain. Indonesia memiliki keunggulan komparatif pada beras karena pengorbanannya lebih kecil. Bangladesh untuk memproduksi 1 meter kain harus mengorbankan 0,67 ton beras dan untuk memproduksi 1 ton beras harus mengorbankan 1,5 meter kain, karena pengorbanannya lebih kecil. Dengan demikian, berdasarkan perhitungan tersebut masih memungkinkan bagi kedua negara untuk melakukan kerjasama perdagangan internasional.


Fitri Rosvianti
1701361636


Sumber:
http://mariswadika.blogspot.com/2011/12/ekonomi-internasional-teori-keunggulan.html?m=1
http://books.google.co.id/books?id=YdFDu158aF4C&pg=PA65&lpg=PA65&dq=contoh+dari+keunggulan+komparatif+david+ricardo+vs+keunggulan+absolut&source=bl&ots=Sxt2o632va&sig=BQP15HtiaZOpRydUtEoVF5WqSDQ&hl=en&sa=X&eidQBdU-XUF8bc8AXE8oGoBA&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false

Sunday, April 20, 2014

Merkantilisme, Strukturalisme dan Liberalisme

Di dalam perspektif HI ada 3 struktur dalam perdagangan internasional, yaitu: Strukturalisme, Merkantilisme, dan Liberalisme. Sekarang saya akan menjelaskan ketiga perspektif itu dan nanti akan menentukan manalah perspektif yang paling bagus.

Strukturalisme adalah paham ekonomi yang menolak ketidakseimbangan struktural sebagai sumber ketidakadilan sosial ekonomi. Paham ini mengungkapkan dan mengusut ketidakseimbangan struktural yang berkaitan dengan pemusatan penguasaan dan kepemilikan aset ekonomi, ketidakseimbangan distribusi pendapatan, produktivitas dan kesempatan ekonomi. Dan kaum strukturalis, juga mengoreksi kelemahan dari mekanisme pasar dan persaingan bebas.

Merkantilisme adalah paham ekonomi dimana negara memegang kekuasaan tertinggi. Tujuan merkantilisme adalah melindungi perkembangan industri perdagangan dan melindungi kekayaan negara, dan negara yang kaya akan menjadi terus maju karena mereka terus memaksimalkan jumlah ekspor dan membatasi jumlah impor agar neraca perdagangan akan selalu menjadi positif. Setelah mendapat neraca perdagangan yang selalu positif dan mendapat keuntungan dari perdagangan ke luar negri, memicu pemerintah untuk terus menguasai daerah daerah selanjutnya untuk di monopoli.

Liberalisme adalah sistem ekonomi bebas dimana semua kegiatan ekonomi sepenuhnya diserahkan ke individu atau perusahaan swasta. Setiap individu bebas memiliki dan menggunakan modal, barang, dan jasanya dan pemerintah tidak dapat melakukan intervensi karena itu adalah urusan pribadi. Sistem ini di ajari oleh Adam Smith di dalam bukunya “An Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of Nations.”

Pendapat saya, saya setuju dengan perspektif Liberalisme, karena menurut saya sistem atau paham ini sangat efektif karena telah memberikan setiap individu kebebasan untuk melakukan ekonominya, hal ini dapat memacu kreatifitas masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonomi dan naiknya kualitas produk karena adanya persaingan yang kuat antar perusahaan dalam mencari keuntungan yang dapat memotivasi perusahaan perusahaan dan individu lain juga untuk melakukan kegiatan ekonomi.

Vandra Pradipta
1701360495

Sumber: 
http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_liberal
http://smakita.net/pengertian-paham-rasionalisme-dan-merkantilisme/
http://id.wikipedia.org/wiki/Merkantilisme
http://mahasiswa-adm.blogspot.com/2012/11/sistem-ekonomi-kapitalismeliberalisme.html


Merkantilisme, Strukturalisme, dan Liberalisme. Manakah yang Terbaik?


Pada postingan blog kali ini saya akan membahas tentang beberapa perspektif yaitu merkantilisme, strukturalisme, dan liberalisme. Diantara ketiga perspektif tersebut, manakah yang terbaik dalam menjelaskan perdagangan internasional? Sebelum kita menentukan mana yang terbaik, ada baiknya kita mengetahui lebih dalam lagi ketiga perspektif tersebut.

Pertama saya akan membahas tentang merkantilisme. Merkantilisme merupakan suatu sistem politik ekonomi yang sangat mementingkan perdagangan internasional dengan tujuan untuk memperbanyak aset dan modal yang dimiliki oleh suatu negara. Merkantilisme tertuang dalam peraturan negara yang berbentuk proteksionime dan politik kolonial demi neraca perdagangan yang menguntungkan. Pemerintah negara mendukung ekspor dengan insentif dan menghadang import dengan tarif. Kekayaan dan kemakmuran suatu negara diukur dari perbandingan ekspor impornya yang digambarkan dengan jumlah kapital dari logam mulia, mineral berharga dan komoditas lainnya. Seolah-olah ekspor dan impor berada dalam suatu timbangan di mana jika ekspor berlebih maka neraca perdangangan dianggap untung. Dengan adanya keuntungan maka terjadi peningkatan pendapatan negara yang harus dibayar & diimbangi secara tunai dengan emas.

Setelah itu ada juga strukturalisme. Strukturalisme merupakan suatu paham yang menolak ketidakseimbangan struktural sebagai sumber ketidakadilan sosial ekonomi. Dalam paham ini mengungkapkan serta mengusut ketidakseimbangan struktural yang berkaitan dengan pemusatan penguasaan dan kepemilikan aset ekonomi, ketidakseimbangan distribusi pendapatan, produktivitas dan kesempatan ekonomi. Ditegaskan juga bahwa kaum strukturalis cenderung menolak mekanisme pasar bebas. Itu dikarenakan pasar bebas menumbuhkan ketidakadilan sosial ekonomi. Kaum strukturalis tidak hanya menunjukkan kelemahan dari ekonomi neoklasikal, tetapi juga mengoreksi bahkan menolak sebagian dari asumsi-asumsinya. Kegagalan pasar dalam mewujudkan an invisible hand merupakan salah satu wujud tidak terselesaikannya micro-macro rift. Istilah an invisible hand itu sendiri tidak pernah terjadi. Pemikiran kaum klasik dimana penawaran menciptakan permintaannya sendiri ternyata tidak sejalan dengan kenyataannya. Jika perusahaan memproduksi terus-menerus dengan ekspektasi penawarannya akan diserap oleh permintaan dari konsumen tidaklah sesuai, karena pada kenyataannya beberapa konsumen tidak memiliki daya beli. Sehingga banyak produk-produk perusahaan tidak laku terjual yang berdampak bangkrutnya perusahaan tersebut.

Dan yang terakhir yaitu liberalisme. Liberalisme merupakan suatu paham yang menjunjung tinggi terhadap kebebasan dalam segala bidang. Salah satunya yaitu di bidang ekonomi. Dalam bidang ekonomi, golongan liberal menghendaki adanya sistem ekonomi bebas. Tiap-tiap individu harus memiliki kebebasan berusaha, memilih mata pencaharian yang disukai, mengumpulkan harta benda , dan lain-lain. Pemerintah tidak boleh ikut campur tangan karena masalah itu masalah individu. Semboyan kaum liberal ialah laisser faire, laisser passer, le monde va de luimeme, artinya produksi bebas, perdagangan bebas, dunia akan berjalan sendiri. Secara umum paham ini ingin menciptakan sebuah masyarakat yang menjamin adanya kebebasan berfikir, berpolitik dan kebebasan dalam memiliki harta benda bagi setiap orang.


Nah, setelah dibahas masing-masing perspektif diatas. Menurut saya kesimpulannya yaitu liberalisme lah yang merupakan perspektif terbaik. Itu karena liberalisme memberi kebebasan bagi setiap orang untuk memiliki sumber-sumber daya produksi, yang nantinya akan mendorong partisipasi masyarakat dalam perekonomian, dan juga sangat membantu dalam mempermudah perdagangan internasional.



Fitri Rosvianti
1701361636

Sumber:
http://mira-dymas-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-75071-Teori%20Hubungan%20Internasional-Liberalisme.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Merkantilisme
http://gabriela-n-p-fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-42313-Ekonomi%20Politik%20Internasional-Pendekatan%20utama%20dalam%20Ekonomi%20Politik%20Internasional%20:%20%20Liberalisme,%20Marxisme,%20Nasionalisme.html